KONI Sumut Pilih Pembinaan Atlet Daripada Beli Atlet

KONI Sumut Pilih Pembinaan Atlet Daripada Beli Atlet

Topmetro.news – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Sumut lebih memilih melakukan pembinaan atlet dengan Pemusatan Pelatihan Daerah (Pelatda) ketimbang membeli atlet dari luar Provinsi Sumut hingga mencapai Rp 1 miliar.

Peltda dilakukan KONI Sumut sudah dilakukan sejak tahun 2021, lalu. Dengan target sampai akhir tahun 2022, 500 atlet dan hingga tahun 2024, mempersiapkan atlet sebanyak 1.500 atlet untuk mengikuti 67 cabang olahraga (Cabor) di PON XXI tahun 2024 Sumut-Aceh nantinya.

“Walaupun pembinaan itu, tidak gampang. Pembinaan itu, bisa makan waktu, minimal 4 tahun. Tapi, mari lah kita didik lah anak kita sendiri, dari pada mengambil anak orang. Nantinya, akan bergening lagi di PON berikutnya,” sebut Ketua KONI Sumut, John Ismadi Lubis, Kamis (4/8).

Sebelumnya John secara terbuka membeberkan bahwa pelaksanaan PON XX tahun 2021 Papua. Dimana, tuan rumah menggunakan atlet dari luar provinsi sebanyak 30 persen dengan cara membeli atau transfer atlet. Hal tersebut, dengan tegas ditolak John dan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.

“PON Papua 30 persen atlet, mereka kan beli (Atlet). Sekarang bergentayangan menawarkan diri kemana-mana,” tutur John.

Tolak Jual Beli

John mengatakan dari 30 persen atlet itu, sudah ada menawarkan diri langsung ke KONI Sumut. Ia menolak bila perpindahan atlet tersebut, harus menggunakan transfer fee. Sebaiknya, uang tersebut digunakan untuk pembinaan atlet di Pelatda Sumut saat ini.

“Sudah ada juga, menawarkan diri kepada saya. Saya bilang, kalau mau pindah tanpa transfer fee, silakan saya urus. Tapi, kalau bayar tidak ada mampu bayar itu. Mungkin itu, itu prinsip pak Gubernur,” jelas John.

PON XXI Tahun 2024, akan digelar 9 September 2024. Pembukaan rencana akan berlangsung di Provinsi Aceh. Sedangkan, penutupan akan berlangsung di Provinsi Sumut.

Selanjutnya Di provinsi Sumut rencana akan berlangsung pertandingan 34 Cabor dan Provinsi Aceh akan berlangsung pertandingan 33 Cabor.”Pelatda sudah kita lakukan sejak 2021, kita harapkan sampai akhir 2022, 500 atlet. Atlet kita terus bertambah ini,” kata John.

John juga mengeluhkan soal anggaran KONI Sumut pas-pasan hanya Rp 50 miliar tahun 2023 ini. Dengan keterbatasan tersebut, tidak membuat surut untuk terus melakukan pembinaan atlet hingga membeli sarana dan prasarana.

“Tahun ini, anggaran kita Rp 50 miliar, tahun 2023 kita harapkan bisa dianggarkan Dispora Sumut di atas Rp 100 miliar. Kalau atlet kita 1000 orang. Jadi, pelatihnya diangka 500 orang pelatih. Sekarang ada 700 atlet dan pelatih dikali Rp 3 juta per bulan. Jadinya, satu bulan Rp 2,1 miliar. Kalikan 12 bulan, itu Rp 26 miliar sudah habis untuk uang saku (gaji),” katanya.

“Belum lagi, peralatan untuk kebutuhan Pelatda. Kita serahkan Pengprov Cabang Olahraga yang belanja,” ucap John.

Lebih Lanjut

John mengatakan pada bulan November tahun 2022, KONI Sumut akan menggelar  Pekan Olahraga Provinsi Sumut. Event olahraga ini, sebagai ajang kompetisi untuk menguji dan mengasah kemampuan para atlet di Sumut. Termasuk mencari bibit atlet profesional dan berprestasi.

“Kalau ditanyakan, anggaran cukup?, cukup. Dikasih besar cukup, dikasih kecil cukup itu. cukupnya bagaimana. Kita sekarang 700 Atlet dan pelatih. Kalau diangka 1000 atlet dan pelatih. Kita hitung lagi anggaran,” ujar John.

John mengungkapkan seharusnya, mengajukan anggaran dengan mengikuti program. Namun, sebaliknya dialami KONI Sumut. Dimana, program mengikuti atau penyesuaian dengan anggaran yang dimiliki.

“Harusnya, kita mengajukan anggaran mengikuti program. Tapi sekarang, program mengikuti anggaran. Kita minta 10 dikasih 5, bagaimana itu?. Yang lima itu, untuk 10 juga. Tapi, pak Gubernur ini, sangat semangat olahraga ini. Keinginan adalah prestasi,” jelas John.

Lebih Lanjut John mengatakan bila kouta atlet dikembalikan seperti PON Jabar. Diprediksikan atlet yang akan datang bisa mencapai 10 ribu orang ditambah 50 persen official. Jadinya, 15 ribu orang akan memadati venue Cabor di Provinsi ini.

“Kalau dikembalikan kouta atletnya, seperti PON Jawa Barat, atlet bisa 10 ribu atlet ditambah 50 persen official. Jadi, 15 ribu orang. Setelah keputusan koutanya, kalau dibandingkan di PON Papua kurang kompetitif,” tandas John.

Penulis | Erris

Related posts

Leave a Comment